Ada banyak media ternak kroto yang bisa dilakukan oleh para peternak baik rumahan maupun untuk ternak skala besar. Baik cara ternak dari alam dengan menggunakan bambu, triplek, paralon, hingga ternak kroto modern dengan toples sosis.
Semuanya memiliki keunggulan dan kelemahannya masing – masing. Dan tentunya akan ada persentase kegagalan dalam usaha ternak kroto yang anda semua jalani bila menggunakan media yang salah.
Oleh karena itu, demi mendapatkan omzet perbulan yang menjanjikan dari usaha kroto, anda perlu memilih media yang tepat sesuai dengan tempat tinggal dan kondisi di sekitar anda.
Dan kali ini, kita akan membahas apa saja media berternak kroto dan apa saja keunggulan dan kekurangan dari masing – masing media.
Media Ternak Kroto Dengan Toples
Kebanyakan dari anda mungkin tahu bahwa saat ini toples bekas menjadi media yang paling sering digunakan untuk usaha ternak kroto. Biasanya, toples menjadi media bawaan ketika anda membeli bibit.
Bentuknya yang bundar dan permukaannya yang licin, membuat semut tidak bisa kabur ke luar toples tersebut. Sehingga, bisa mencegah hasil panen berkurang karena semut yang malah kabur – kaburan dari sarangnya.
Penggunaan toples sebagai media berternak juga sangat mudah. Cukup tempatkan toples di rak kayu seperti yang dijelaskan dalam artikel panduan ternak kroto sebelumnya.
Selain itu modal untuk membeli toples juga sangat murah. Hanya Rp.3000,- per buah. Hanya saja, toples memiliki hawa yang agak panas. Sehingga membuat
Media Ternak Kroto Dengan Bambu
Berikutnya, anda juga bisa beternak kroto dengan media bambu agar terasa lebih alami. Caranya juga tidak jauh berbeda dengan menggunakan media toples.
Potong bambu menjadi beberapa potong dengan ukuran kurang lebih 40 cm. Pastikan pembatas ruas bambu tidak menutup bagian kanan dan kiri agar tidak menghalangi nantinya ketika bibit akan dimasukan. Atau agar lebih mudah, cari bambu dengan ruas kurang lebih 40 cm.
Kemudian, satukan 6 bambu menjadi satu dengan tali dan membentuk segitiga. Barulah anda memasukan bibit – bibit kroto pada setiap rongga bambu yang ada.
Dengan media berternak kroto dari bambu, kroto akan merasa lebih nyaman sebab suhunya lebih sejuk dibandingkan dengan toples. Tetapi modal yang harus dikeluarkan lebih banyak dan kita tidak bisa melihat apakah kroto sudah siap panen atau belum.
Media Ternak Kroto Dengan Paralon
Ternak kroto dengan paralon juga tidak jauh berbeda dengan menggunakan media bambu. Intinya adalah dengan memotong paralon dengan ukuran yang sama dan mengikatnya hingga membentuk segitiga.
Tentunya ada keunggulan dan kekurangan dari penggunaan paralon sebagai media ternak. Keunggulannya adalah kalian tidak perlu mengganti – ganti paralon secara berkala karena paralon tidak akan rusak seperti bambu.
Namun, harganya cukup mahal jika dibandingkan dengan harga toples. Selain itu hawa di dalam paralon juga panas dan terkadang membuat semut tidak betah.
Media Berternak Kroto Dengan Galon Air
Terakhir, anda bisa menggunakan galon air sebagai media beternak kroto alias telur semut rang rang. Media ini cocok untuk anda yang ingin panen jarang tetapi jumlah sekali panen langsung banyak.
Ukuran galon air yang besar, artinya bisa menampung jumlah kroto yang semakin banyak pula. Memang untuk menunggu hingga penuhnya agak lama. Tetapi dalam satu kali panen, anda bisa mendapat setengah kilo dari satu galon.
Tetapi bibit yang anda masukan dalam satu galon air juga harus banyak. Hal ini dilakukan untuk mencegah kroto keburu menetas sebelum di panen.
Jangan lupa berikan lubang – lubang udara pada galon air agar semut rang rang tidak mati kepanasan di dalam galon air.
Nah, jadi seperti itulah beberapa media ternak kroto beserta kekurangan dan keungulannya masing – masing. Apapun medianya, usahakan untuk menempatkan media tersebut di atas genangan air agar semut tidak kabur.